Ini pasti mukjizat!! batin Budi.
Beberapa saat yang lalu ia sedang memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk merasakan sedikit adrenalin. Kemudian di perempatan ini, tepat ketika ia akan berbelok. Sebuah truk pasir datang dari arah berlawanan dengan kecepatan yang sama, dan beberapa detik kemudian semuanya berjalan lambat. Saat-saat motornya melaju tepat ke arah truk itu tanpa bisa ditahannya, raut wajah pengemudi yang terkejut luar biasa, dan orang-orang yang terlihat di sudut matanya sebelum ia menabrak truk itu. Semuanya terasa lambat. Dan itu membuatnya tersadar akan sesuatu. Bahwa hidup itu tidak bisa diulang, bahwa selama ini ia telah banyak sekali merepotkan orang-orang yang peduli dan tidak peduli padanya, dan sekarang kenyataan bahwa sebentar kehidupannya akan berakhir berada tepat di depan matanya. Budi menyesalinya. Kemudian ia berkata dalam hatinya.
Ya Tuhan, benarkah ini adalah akhir untukku? Jika benar, kuakui aku tidak siap. Banyak hal yang belum kulakukan. Banyak dosa yang telah kukumpulkan dan sedikit sekali kebaikan yang telah kulakukan...
Ya Tuhan...
Engkau adalah yang Maha pemaaf, Engkau adalah yang Maha pengampun. Maukah Engkau memberikan kesempatan bagi hambaMu yang berdosa ini untuk hidup? Mungkin tidaklah pantas bagi hambaMu ini untuk memintanya.
Tetapi, maukah Engkau mengabulkan permintaan dari hambaMu yang berdosa ini? Untuk hidup, untuk memperbaiki kehidupannya, untuk menjadi orang yang taat kepadaMu.
Wahai Tuhan semesta alam.. Kabulkanlah do'a hambaMu yang lemah ini..
Kemudian semuanya menjadi gelap bagi Budi. Ia mendengar bunyi gedebuk dan terseret di sekitarnya. Tidak lama, seluruh cahaya yang menghilang darinya kembali secara perlahan. Dan disinilah ia sekarang. Duduk bersandar pada rumah makan padang sambil terdiam dan terkejut. Karena ternyata Tuhan telah mengabulkan do'anya.
####
Tiga bulan kemudian...
Budi sedang melakukan dzikir di masjid. Ia telah banyak berubah. Jika dulu ia lebih sering berada di diskotik atau warung untuk mabuk-mabukkan dengan bir murahan, sekarang ia berusaha untuk sering berada di mesjid untuk belajar agama dan beribadah. Jika dulu ia selalu mengajak teman-temannya untuk balapan motor dan berkelahi, sekarang ia mencoba untuk berdoa dan berzikir untuk meminta maaf atas setiap kesalahannya dimasa lalu.
Pada awalnya, ayahnya terkejut sekali melihat perubahan besar pada anaknya. Tetapi ia dengan cepat menerimanya, bahkan merasa sangat senang. Sedangkan ibunya? Semoga ia bahagia melihat anaknya dari alam sana.
Budi keluar dari masjid. Ia merapikan pecinya yang agak miring. Kemudian ia memakai sendal jepit yang berwarna hijau dan barjalan pulang ke rumahnya.
"Budi!" seru seseorang.
Budi berpaling ke sumber suara. Itu adalah Anto, temannya.
Mereka berdua berjabat tangan kemudian berjalan bersama.
"kok lu gak pernah main lagi sekarang?" tanya Anto. Ia melihat pakaian temannya sekilas.
"oo... Pantesan, gimana kabar lu sekarang?" kali ini suara Anto agak tidak bersemangat.
"Alhamdulillah baik, lu gimana?" Budi balas bertanya.
"yah, biasalah. Gak banyak berubah." jawab Anto datar.
Hening sejenak...
"Bud, main yuk. Udah lama nih kita gak ngumpul bareng. Gak lengkap rasanya kalo gak ada lu."ajak Anto.
"Main kemana?" tanya Budi. Ia telah siap untuk menjawab tidak untuk diskotik atau sejenisnya.
"Kumpul bareng aja. Itung-itung silahturahim, lagian kita gak bakal bawa minuman atau maen judi nantinya."
"Okelah, dimana?" Budi mendengus nafas lega.
"di....." Anto terlihat menunggu sesuatu.
"Nah, disitu." Anto menunjuk pos ronda terdekat.
Disana terdapat dua orang yang sedang ngobrol dengan seru. Budi dan Anto berjalan mendekatinya. Mereka adalah Andre dan Indra. Begitu melihat Budi dan Anto datang. Mereka segera menyambutnya dengan hangat. Mereka mengajak Budi dan Anto untuk ikut. Tidak adanya minuman keras dan taruhan membuat Budi menjadi lebih santai. Mereka semua akhirnya berbincang-bincang dengan santai.
"eh main yuk! Mumpung kita lagi lengkap nih!" seru Andre. Ia mengeluarkan satu set kartu remi.
"Enggak deh." kata Budi.
"Yaelah Bud. Kan kita cuma main biasa. Gak ada taruhannya." bujuk Andre. Budi tetap menolak.
"Atau Budi jadi takut lawan kita semua? Dia udah jadi cupu." Indra mulai memancingnya.
"Enak saja! Siapa yang takut?" seru Budi. Ia paling tidak terima di bilang sperti itu.
"Kalu begitu buktiin!" tantang Anto. Budi tidak sadar bahwa Anto sekilas menyeringai.
"Oke! Sekali ini gua ikut!" Balas Budi.
Permainanpun dimulai.
Ia menang telak.
"Puas lu semua?!" kata Budi.ia merasa sangat senang.
"Baru sekali. Gak ada efeknya." ujar Indra.
"Oke! Kalau begitu game kedua!" serunya
Ia tidak sadar saat teman-temannya menyeringai meski sesaat.
Dua bulan berikutnya...
Budi berubah. Ia kembali menjadi Budi si pemabuk dan pembuat onar. Ayahnya yang sudah sangat senang mendengar anaknya menjadi orang soleh kembali sedih. Bahkan syok dan hingga akhirnya jatuh sakit. Sayangnya Budi tidak perduli akan itu semua. Budi malah asyik dengan dunianya sendiri. Hingga suatu hari ayah Budi berada dalam kondisi kritis. Ia meminta anaknya agar datang menjenguknya. Perlu paksaan dari para tetangga yang peduli pada ayahnya untuk membuat Budi datang menjenguk. Saat Budi datang, ayahnya serta merta memberi nasihat untuknya. Tetapi Budi tidak mendengarkan. Dalam kondisi itu ayahnya meminta sesuatu pada Budi. Ia meminta agar Budi menjadi seperti sebelumnya. Bukan menjadi Budi yang seperti saat ini.
Budi menolak dengan kasar. Ia seolah-olah telah melupakan siapa orang yang sedang berbicara dengan dirinya.Dengan lemah akhirnya ayahnya berkata jika ia tidak mau menjadi orang soleh jadilah orang yang bermanfaat dan lakukanlah kebaikan, minimal seperti mengambil duri yang berada di jalan. Tapi Bubi hanya bergumam asal mengiyakan dan kemudian segera pergi keluar rumah. Ia ada janji dengan teman-temannya. Budi tidak tahu, kalau itu adalah kali terakhir ia bertemu dengan ayahnya.
Angin berhembus dengan kencang. Budi melaju dengan sepeda motornya dengan cepat. Sinar matahari menyengat tanpa ampun sementara helmnya tertinggal di rumah temannya. Akhirnya ia memakai topi dan mengendarai motor sambil memeganginya.
"gak banget deh" gumamnya kerepotan.
Sebentar lagi sore, mungkin teman-temannya sudah menunggunya. Ia berjanji untuk ikut merayakan ulang tahun salah satu temannya di bar yang ada dipinggir kota. Mata Budi terfokus kearah jalanan. Hingga di belokan yang agak menurun tanpa sengaja topinya terlepas dan terbawa angin. Budi mengumpat sambil menghentikan motornya. Ia segera menepi dan turun dari motor. Budi segera mengambil topinya. Di sudut matanya ia melihat benda kecil berkilau. Budi berjalan ke arah benda itu dengan penasaran yang entah kenapa muncul begitu saja. Saat berjalan ia melihat kesekelilingnya. Belokan ini agak menurun dan tajam. Di sampingnya adalah jurang. Hanya ada satu lampu tua yang menerangi saat malam. Tiba-tiba ia teringat beberapa hari yang lalu ada berita kalau sebuah mobil berisi perhiasan mengalami kecelakaan dan hampir jatuh ke jurang. Terdapat satu korban yang meninggal, dan pasti orang yang mengemudikannya akan mendapat masalah besar karena perhiasan-perhiasannya banyak yang tercecer di jalanan.
Budi mendekatinya sambil terkekeh pelan. Terbesit di kepalanya kalau itu adalah salah satu dari perhiasan yang tercecer. Sayangnya begitu ia memeriksa, benda itu hanyalah sebuah paku mengkilap yang jatuh di jalan. Budi mengeluarkan pandangan remeh dan setengah jengkel . Ia menggerutu dan segera kembali ke motornya. Waktunya terbuang sia-sia.
"gilaaa! Lu semua parah!" kata Budi asal. Ia berjalan keluar dari bar bersama teman-temannya.
Yang lainnya tertawa tanpa henti.
"si Dean seneng-seneng aja lagi." salah satu temannya sambil memberi isyarat gila ke arah orang yang paling pendek diantara mereka. Orang itu malah nyengir tanpa merasa bersalah.
" selow aja. Paling si Una bakal tenang besoknya."jawabnya.
"eh, lu serius balik sendiri?" lanjut pria pendek itu ke Budi.
Budi menganggukkan kepalanya. Ia sudah terlanjur bawa motor kesini.
"tenang aja, gua tahan kalo cuma minum segitu. Gak bakal teler di jalan." katanya.
"sip lah, ati-ati di jalan. Awas polisi!" ujar Dean.
Budi mengiyakan.
"bye, thanks banget deh traktirannya." katanya sambil melambaikan tangan dan pergi menuju parkir motor. Teman-temannya berjalan ke arah parkir mobil. Ia bisa saja menumpang mobil yang lain karena sebenarnya ia agak mabuk, tetapi Budi malas kalau nanti harus repot-repot balik lagi ke sini.
Budi menyalakan motornya. Ia memeriksa arlojinya. Sekarang jam 23.36. Budi segera memacu motornya dan pergi.
Suara motornya terdengar sangat keras jika dibandingkan tenangnya malam. Jalanan sepi. Nyaris tidak ada orang lain yang ia temui. Tanpa sadar Budi sedikit demisedikit mempercepat laju motornya. Kombinasi antara alkohol dan tenangnya jalan membuat ia merasa butuh lebih banyak adrenalin.
"hoam...."
Budi mulai menguap. Entah kenapa ia merasa mengantuk.
Tapi begitu sampai di belokan gelap yang agak menanjak sesuatu terjadi. Duarr!! Bunyi ban meletus mengejutkannya. Motornya oleng. Budi terpental dengan keras. Tubuhnya bergesekan dengan aspal dan kepalanya terkantuk beberapa kali. Sepertinya ada yang patah. Ia sendiri tidak dapat merespon saking terkejutnya.
Perlu waktu sepuluh detik baginya untuk menyadarkan diri karena mulai merasa kesakitan. Lampu depan motornya masih menyala. Budi mendekati motornya sambil terseret-seret. Ban motor itu meletus kemungkinan karena tertusuk sesuatu. Budi mengambil handphonenya. Sayangnya benda itu rusak berat. Ia mendengar bunyi dengung diatasnya. Tiba-tiba lampu jalanan menyala dengan cahayanya yang mengkhawatirkan. Lampu itu beberapa kali nyaris mati.Di sudut matanya ia melihat benda asing yang berkilau. Ia mengambil benda tersebut. Tidak, benda itu bukanlah benda asing. Itu adalah paku yang ia lihat tadi siang. Budi memandangi sekelilingnya. Ia sadar, tempat ini adalah tempat topinya jatuh tadi siang. Untungnya ia tidak jatuh kejurang.
Tiba-tiba sebuah kesadaran mengganggunya. Kesadaran itu membuat Budi ketakutan. Rasanya semua ini memiliki suatu hubungan. Tapi ia tidak bisa mengatakannya. Sesuatu seperti hubungan yang aneh. Kepalanya memandang kesekelilingnya dengan panik. Pikirannya meracau meminta penjelasan.
Apakah ada hantu disini? Atau ada semacam kutukan? Atau jangan-jangan....
Klik.
Lampu jalanan mati. Budi benar-benar ketakutan. Dari arah belokan terdengar bunyi klakson sebuah truk. Ia segera bersyukur. Ada seseorang yang bisa dijadikan tumpangan. Lampu jalanan menyala kembali dengan menyedihkan. Bagus, dan sekarang ia tinggal melambai-lambaikan tangan dan.....
Tunggu...
Budi menyadari sesuatu. Ia sedang berada di tengah jalan. Dengan susah payah ia menyeret tubuhnya ke tepi jalan. Tetapi percuma. Truk itu melaju dengan sangat kencang. Ia tidak akan sempat menghindar. Pada detik itu lampu jalanan padam. Samar-samar ia mendengar suara lampu yang rusak, atau mungkin hanya halusinasinya saja.
Dua buah cahaya terang menyorot ke arahnya. Secara refleks Budi berusaha menghalanginya. Ia tidak akan selamat.
Pada saat itu Budi menyadari ini adalah akhirnya. Di detik-detik terakhir sebuah pemikiran terbersit di kepalanya.
Apakah aku akan mendapat kesempatan terakhir?
Tapi Budi tahu bukan itu jawabannya....
-FIN-