Kamis, 11 Desember 2014

Dua Bunga Akasia

Dua minggu ini merupakan minggu-minggu terburuk bagi Rano. Setelah berbulan-bulan ia berusaha mendapatkan cinta risa dan berhasil, kini Risa putus darinya. Beberapa hari kemudian motor miliknya jatuh ke jurang saat ia hampir ditabrak bus ketika pulang menuju bandung, dan sekarang ternyata teman dekatnya sendiri yang telah bersahabat sejak SMP telah jadian dengan Risa. Ketika pertama kali Rano mengetahui hal tersebut, selama dua hari Rano marah-marah dan ia sudah beberapa kali berkelahi dengan Ivan yang merupakan “sahabat”-nya tersebut. Ia sendiri juga selalu mengacuhkan Risa ketika mereka berpapasan. Kerena ada satu hal yang selalu memenuhi pikirannya.
Penghianat!! Kira-kira itulah yang dipikirkannya.
Dan Rano telah memutuskan untuk mengubah kawan dekatnya menjadi musuh...
Tapi sekarang semua itu berubah saat ia mengetahui bahwa Ivan sedang sekarat. Rano mengetahui hal tersebut dari Risa sekitar satu jam yang lalu. Sebenarnya Rano telah diberi tahu Risa empat jam yang lalu bahwa Ivan mengalami kecelakaan tapi Rano tidak peduli. Ia terlanjur benci pada Ivan. Hingga tadi Risa menelepon Rano dan mengatakan pada Rano tentang keadaan Ivan yang sekarat. Ia juga berkata bahwa Ivan ingin bertemu Rano dan mengatakan sesuatu. Rano yang mendengarnya menjadi khawatir dan cemas. Karena jika ini merupakan adegan film, maka Ivan pasti sebentar lagi akan meninggal.
            Sekarang Rano terbangun didalam bus tepat ketika ponselnya berdering. Display ponselnya menunjukkan nama Risa.
“Halo. Rano, dimana lu?” tanyanya
“Gua..” Rano memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Ia sudah setangah jalan menuju Bandung. Rano melihat langit menandakan bahwa sekarang sudah sore.
“Gua udah setengah jalan, Bentar lagi juga sampai di rumah sakit.” Jawabnya.
“Oke, cepetan ya..” ujar Risa dalam telepon. Ia terdengar seperti menahan tangis.
“Iya. Bye…” balas Rano, dan hubungan di putus.
            Saat Rano memasukkan ponselnya ke saku kirinya. Ia melihat dua buah bunga di kursi sebelahnya. Dua bunga akasia berwarna merah muda dan putih.
Bunga kesukaan Risa… batinya.
            Tapi Rano tidak tertarik untuk mengambil bunga tersebut. Ia mengalihkan perhatiannya dengan memndangi pohon yang berkelebat di sekitarnya dengan cepat. Anehnya, bunga itu membuatnya mengkhawatirkan Risa.
######
Malam hari, beberapa saat setelah matahari terbenam.
Rano berlari-lari kecil memasuki rumah sakit Bakti Asih. Ia telah berkali-kali menelepon Risa dan pada akhirnya mencoba menelepon Ivan tanpa jawaban dari keduanya. Rano terus berlari-lari kecil menuju meja resepsionis.
Buk!!! Secara tidak sengaja Rano menabrak seorang perawat yang membawa buku dan berkas-berkas. Berkas-berkas perawat itu jatuh berantakan. Secara refleks ia meminta maaf dan segera membantu perawat tersebut membereskannya. Perawat itu  mengucapkan tidak masalah sambil berjalan pergi. Rano memperhatikan perawat itu sejenak. Tanpa sengaja pandangan Rano teralihkan.
Ini kan...
            Tepat dibawah kakinya terdapat dua bunga akasia berwarna merah muda dan putih. Rano memungutnya. Pandangannya kembali beralih ke tempat perawat itu pergi. Perawat itu telah menghilang diantara kerumunan orang-orang. Rano memperhatikan bunga itu sambil menunggu sebuah keanehan terjadi.
            Sayangnya tidak terjadi apapun. Itu hanyalah sebatas khayalannya.
Tiba-tiba handphone Rano berbunyi. Ada SMS dari Risa. SMS dari Risa menanyakan ia berada dimana. Rano menjawab bahwa ia telah berada di rumah sakit. Risa kembali membalas dan menyuruh Rano menunggu di sana.
            Tidak lama, disudut matanya Risa terlihat diantara orang-orang lain.
“Risa!!” panggil Rano sambil melambaikan tangan.
            Risa beraling ke arah Rano. Ia tersenyum. Wajahnya terlihat pucat dan kelelahan dengan tanda hitam dibawah kelopak matanya. Tetapi ia tetap terlihat cantik dengan cara yang aneh. Risa memberi isyarat pada Rano untuk mendekatinya. Rano berjalan mendekati Risa. Begitu Rano mendekati Risa, gadis itu malah menjauh. Rano terkejut dan tidak mengerti. Tetapi Risa berbalik dan memberi isyarat  untuk mengikutinya sambil terlihat gelisah. Rano menganggap Risa memintanya untuk bergegas. Dengan terpaksa Rano berlari mengikuti Risa. Beberapakali Rano tertinggal, tetapi untungya Risa selalu kembali agar ia tidak tertinggal. Risa telah membawanya menuju bagian rumah sakit yang dalam dan sepi. Semakin lama, Rano semakin khawatir kemana gadis itu akan membawanya.
            Tiba-tiba Rano melihat Risa berlari dan masuk kedalam ruangan di simpangan tidak jauh di depannya.
Akhirnya... batin Rano.
 Rano semakin mempercepat langkahnya. Begitu ia menyentuh gagang pintu, seseorang berlari dari simpangan dengan arah yang berlawanan tepat didepannya. Rano terkejut bukan main. Sayangnya ia tidak bisa berhenti dan mereka berdua bertabrakan.
Aduh... kalo jalan liat-liat dong...” keluh Rano sambil mengusap kepalanya.
Maaf mas, saya gak se- Eh? Rano!!” seru orang itu.
“Ivan?!!” Rano terkejut bukan main.
Kok lu bisa ada disini? Bukannya lu jatuh dari lantai tiga terus sekarat?” tanya Ivan dengan wajah penuh penasaran. Ia kelihatan baik-baik saja.
Enak aja! Ati-ati kalo ngomong! Gua masih sehat gini, lagian bukannya lu kecelakaan?” kata Rano balas bertanya.
Enggak, kata siapa?” jawab Ivan.
Kata...”ucapan Rano bertambah pelan.
Kalau berita ini bohong, berarti kemungkinan besar yang melakukan ini adalah......
“Risa!” ujar mereka berdua bersamaan.
            Rano dan Ivan terkekeh pelan. Rano berpikir, apa alasan Risa mempertemukan mereka berdua? Tanpa disadarinya Ivan melihat Rano termenung dan berkata,
“No...” kata  Ivan memutus lamunan Rano.
Ya?”
Ngomong-ngomong.... gua mau minta maaf soal...”perkataan Ivan tertahan. Ia terlihat tidak nyaman.
            Rano tersadar untuk inilah Risa mempertemukan mereka berdua. Untuk memberi tahu mereka persahabatan mereka sebenarnya sangatlah penting. Meskipun mereka berdua bertengkar. Tetapi sebenarnya mereka masih peduli satu sama lain.
“Harusnya gua yang minta maaf ke lu. Seharusnya gua gak usah marah banget kayak gitu. Sori banget Van..”  Rano menyela perkataan Ivan.
“Ah gak apa-apa kok. Gua udah lama maafin lo. Cuma.... soal Risa..”
Dengan berat hati Rano berkata,
“Yah, mau bagaimana lagi? Risa emang gak cocok sama gua... tapi awas lu kalau bikin Risa kenapa-napa!” ujarnya berusaha terdengar santai.
 “Tenang aja. Gak usah marah-marah gitu mas” Ivan menganggukan kepalanya dan nyengir.
Eh. Kita jadi masuk gak nih?” lanjutnya.
Yep, ayo masuk.” kata Rano.
Mereka membuka pintunya bersama-sama.
            Sepi, itulah kesan pertama mereka berdua. Risa tidak ada disana. Hanya ada beberapa orang yang memunggungi mereka berdua diiringi isakan sedih samar. Rano melangkah perlahan dengan kebingungann dan penasaran. Ivan mengikutinya. Ketika mereka berdua mendekat, Rano melihat sesosok tubuh yang ditutupi oleh kain putih tanpa noda.
Om... tante...” panggil Rano. Ia menyadari bahwa diantara mereka terdapat orang tua dan  beberapa anggota keluarga Risa. Kedua orang tua Risa tidak berkata apapun. Mereka justru berpaling menghindari kontak mata dari Rano dan Ivan.
“Rano...”panggil Ivan lirih.
            Rano berpaling pada Ivan. Wajahnya terlihat pucat dan teramat terkejut saat melihat sesuatu yang berada di ujung ranjang. Rano menyusuri sorot mata Ivan dengan tatapan tegang. Tatapa Rano berubah pucat. Ia melihat apa yang Ivan lihat.
            Sebuah liontin dengan motif bunga akasia dengan hiasan berlian di tengahnya. Rano terpaku melihatnya. Ia sadar satu-satunya orang yang memiliki liontin seperti itu di keluarga Risa hanyalah Risa sendiri. Sebuah kesimpulan menikam kepalanya dengan keras.
Liontin itu.... mayat itu....
Risa!!... Jerit Rano dalam hati.
#####
            Air mata menetes dari pipi Rano sejak sekian lama ia tidak menangis, dan rasanya...... sakit.
            Pagi itu Rano, Ivan, dan tema-teman mereka datang untuk melihat Risa untuk yang terakhir kalinya. Mereka berdua akhirnya tahu, Risa telah meninggal beberapa jam sebelum mereka datang. Tetapi Rano dan Ivan sendiri nyaris tidak percaya ketika mereka berdua mendengarnya. Karena entah bagaimana mereka berdua telah bertemu dengan Risa kemarin.
            Meskipun begitu mereka berusaha untuk mempercayai bahwa gadis yang kini terbaring di liang kubur adalah orang yang penting bagi mereka.
            Selang beberapa waktu, sebagian besar orang yang datang beranjak pergi meninggalkan pemakaman menyisakan Rano, Ivan, dan kedua orang  tua Risa. Disudut matanya Rano melihat Ivan tiba-tiba berlutut. Wajahnya hampa. Tidak ada cahaya kehidupan dimatanya, hanya ada kekosongan dan ketiadaan. Tetapi Ivan tidak menangis sama sekali. Ia lebih tegar dari yang Rano kira.
            Melihat hal tersebut, orang tua Risa hanya menatap Ivan seolah-olah mengerti apa yang dirasakan oleh Ivan sendiri. Karena merasa tidak sanggup lagi melihat duka yang sangat dramatis ini, Rano mendekati Ivan dan menepuk bahunya.
Ayo Van. Lebih baik kita pergi...” bujuknya.
            Ivan hanya menuruti dalam diam. Mereka berdua berpamitan dengan orang tua Risa. Tepat ketika mereka berbalik dan pergi. Ibu Risa memanggil mereka berdua.
Tunggu nak Ivan, nak Rano.”katanya.
            Mereka berdua kembali berbalik dan melihat ibu Risa mendekat. Sebelum bibir Rano mengungkapkan rasa penasarannya, ibu Risa berkata.
Sebenarnya kami menemukan ini diatas meja belajar Risa. Keduanya bertuliskan  nama kalian. Sepertinya entah bagaimana Risa membuat ini beberapa waktu sebelum ia meninggal.” Ujarnya disertai isak samar. Ia menyodorkan dua buah amplop pada mereka berdua. Rano dan Ivan membuka amplop itu. Di dalamnya terdapat sebuah surat dan gantungan kunci berbentuk dua bunga akasia. Rano membuka suratnya dengan gugup dan membacanya  dengan hati-hati.
Untuk sesaat ia melihat Ivan terkejut....
#####
 Lima tahun kemudian...
            Seorang pria berjalan disekitar gerbang pemakaman dengan tenang. Dia mengenakan blazer hitam dengan kacamata minus yang terlihat serasi. Ia mengetikkan beberapa nomor di ponselnya dan menekan tombol panggil.
“Halo, Ivan? Gua udah sampe nih... lu dimana? ”pria itu melihat arlojinya.
Apaan? Masih di jalan? Gua aja udah sampe. Lama lu... iya, iya. Yaudah....” katanya sambil menutup pembicaraan.
Bola matanya otomatis menerawang ke langit yang cerah dan ia tersenyum. Pikirannya kembali ke memori lima tahun lalu. Ketika seseorang yang penting pergi dengan kepingan kenangan yang tidak mungkin dapat ia lupakan. Sebuah perpisahan yang disertai keanehan yang tidak biasa. Dia bahkan masih menyimpan benda pemberian gadis itu. Pria itu mengeluarkan buku catatan yang selalu ia simpan di dalam saku bajunya. Di dalamnya terdapat surat yang gadis itu berikan untuknya. Seluruh kenangannya berterbangan di kepalanya.
Pria tersebut tersenyum tipis. Hingga saat ini ia sendiri tidak melupakan detailnya sedikitpun. Ia membuka surat tersebut dengan hati-hati. Surat itu sudah mulai menguning tetapi ia selalu membawanya kemana-mana. Tulisan didalamnya sudah mulai memudar meskipun masih dapat dibaca dengan jelas, dan kini ia membacanya dengan perlahan...

Dear Rano
Rano, ini Risa. Sebenarnya gua udah lama ingin ngomong langsung ke lu. Tapi waktu itu lu udah tahu hubungan gua sama Ivan. Terus sekarang lu gak mau ngomong sama gua dan marah-marah terus sama ivan. Jadi sekarang gua nulis surat ini ke lu.
No, gua tau lu sedih dan marah waktu gua mutusin lu. Gua juga tau hati lu  pasti sakit banget. Tapi lu tau gak sih? Lebih sakit seseorang yang lu cintai tapi ia gak mencintai lu, atau pacaran sama seseorang yang tidak dicintainya sementara orang yang lu cintai ada di dekat lu? Mungkin lu gk tau jawabannya..
            Tapi itulah yang terjadi sama Risa. Awalnya saat lu nembak gua. Udah sejak lama gua sendiri menyukai lu. Jadi udah pasti gua nerima lu. Tapi..... setelah itu gua sadar. Orang yang gua sukai belum tentu gua cintai dan akhirnya gua tau. Lu adalah pria yang gua kagumi sedangkan Ivan adalah orang yang gua cintai.
            Please No... maafin gua... jangan marah-marah lagi. Lo bakal rusak kalo terus murung seperti itu. Gue pengen ngeliat Rano yang biasanya. Rano yang baik hati, Rano yang lucu, Rano yang peduli sama sahabatnya. Gua minta maaf udah ngerusak persahabatan lu sama Ivan. Gua pengen lu bersahabat lagi sama Ivan, karena lu tau? Terkadang persahabatan lebih penting daripada cinta. Tapi banyak orang yang tidak sadar dan salah satunya adalah Risa ini...
Maaf No...
Yang bodoh dan ceroboh
Risa Aliuretta
Rano membaca surat itu sekali lagi sebelum menyelipkan surat itu kembali kedalam buku catatannya. Tak lama ia mendengar suara mobil mendekat. Sebuah mobil hitam elegan yang ia tidak tahu namanya. Ia menunggu hingga orang yang ada di dalamnya keluar. Seorang pria yang ia tahu pasti adalah Ivan keluar dari mobilnya.  Ivan segera meminta maaf atas keterlambatanya karena ada sedikit masalah di mobilnya.
Makanya jangan sering-sering ganti mobil. Jadi banyak masalah kan.”komentar Rano.
Sori banget deh. Gua belum biasa soalnya.”kata Ivan.
            Rano mengajak Ivan memasuki area pemakaman menuju tempat nisan Risa berada.
Risa...batin Rano.
Hari ini kita dateng lagi buat ketemu sama lu. Sekarang gua udah ngebuktiin kan kalo gua udah bersahabat lagi sama Ivan. Ngomong-ngomong Ivan udah menikah sama temannya. Jangan cemburu loh Ris!...
            Tanpa sengaja Rano melihat bunga akasia saat ia mendekati makam Risa.
Bunga itu, bunga akasia berwarna merah dan putih itu bunga kesukaan lo kan?” kata Rano lirih agar Ivan tidak mendengarnya. Ia mengambil setangkai bunga itu.
            Tidak  lama mereka sampai ditempat Risa di makamkan. Rano berlutut dan menaruh setangkai bunga akasia di depan nisan Risa. Angin berhembus perlahan dan lembut seolah –olah mewakili Risa mengucapkan terima kasih. Untuk beberapa saat mereka memanjatkan doa untuk risa dan lebih banyak termenung menatap nisannya.
            Tidak lama Ivan berpaling pada Rano sambil mengatakan ia harus pulang karena ia dan istrinya harus mengikuti pernikahan sahabat istrinya. Rano hanya mengiyakan karena ia sendiri juga ada keperluan dan harus segera pergi. Rano mengikuti ivan keluar dari pemakaman sambil mempehatikan awan-awan yang menggumpal menjadi berbagai bentuk. Rano tersenyum. Ia melihat sebentuk awan yang sangat familiar. Sebuah bunga akasia. Untuk sejenak Rano terpaku pada awan tersebut dan tersenyum.
Sekarang gua udah tahu arti bunga kesukaan lu” gumamnya.
Bunga akasia itu artinya persahabatan...

Bener gak Ris? batin Rano melanjutkan.


-FIN-

0 komentar:

Posting Komentar