Kamis, 15 Januari 2015

Kiss of Death Ch.03

            Dua hari berlalu dengan cepat. Hari ini aku berencana untuk menjenguk gadis itu. Toh tidak ada yang akan menjengukku. Aku mengatakan pada perawat bahwa aku tidak memiliki kerabat, perawat hanya menaikkan alisnya saat aku mengatakan hal tersebut. Dokter mengatakan kalau aku sembuh dengan cepat. Itu merupakan berita baik buatku.
            Aku berjalan mendekati kamar gadis itu berada. Ia ternyata di tempatkan tidak jauh dariku. Hanya berjarak sekitar empat kamar.
“aku tidak akan berhenti begitu saja!” Kata suara keras dari dalam kamar gadis tersebut. Aku mengetahuinya. Itu adalah suara gadis itu sendiri. Aku mendengarnya tepat saat berada di depan pintu kamarnya.
“tapi dari awal kau memang tidak harus melakukannya. Dan apakah kau tidak sadar? Sekarang kau telah mewariskannya.” Kata suara berat khas laki-laki yang telah berumur. Suara itu terdengar lebih lembut dan berusaha menenangkan. Suara itu nyaris tidak terdengar olehku.
            Aku berpaling ke kanan dan kiri. Tidak ada siapa-siapa disekitar sini. Jadi aku menempelkan telinga kiriku lebih dekat ke pintu dan mulai mendengarkan.
“aku tahu itu. Tapi bagaimanapun caranya aku harus menghentikan ini.”ujar gadis itu lebih kepada dirinya sendiri.
“mungkin menurutmu begitu, tapi aku ingin mengingatkan. Aku selalu berharap agar kau segera pulang..” kata pria itu tenang.
“belum. Belum saatnya.” Gumam gadis itu pelan.
Hening sejenak...
            Secara refleks aku segera mundur menjauh dari pintu. Ternyata aku benar. Pintu itu terbuka. Seorang pria yang sepertinya telah berusia empat puluhan keluar dari sana. Aku berpura-pura tidak mengetahui apa-apa. Ia berjalan mendekatiku dan tersenyum tipis. Aku melihatnya dan mencoba membalasnya sewajar mungkin. Begitu ia melewatiku. Aku kembali mendekati pintu kamar gadis itu. Aku sempat ragu untuk membuka pintu itu. Tapi yah... aku tetap melakukannya.
            “emm... hai.” Sapaku pendek. Aku menyapanya tepat ketika pintu itu terbuka.
 Gadis itu sedang duduk di atas ranjang rumah sakit ia terlihat murung. secara garis besar, kamarnya sama seperti kamarku. Gadis itu melongok saat melihatku muncul di depan pintu. Ia sedang memakan potongan apel yang tanpa kulit dari atas piring. Di tangan kanannya ada garpu.Aku berjalan dua tiga langkah.
“kau ingat aku? Orang yang memelukmu saat kecelakaan kereta itu. Aku kesini hanya untuk melihat apakah kau baik-baik saja, dan-“
Tiba-tiba potongan apel melayang ke arahku. Benda-benda itu tepat mengenai bajuku.
“Pergi!!!” perintah gadis itu. Wajahnya amarahnya terlihat sangat jelas.
Kemudian sebuah piring melesat tepat ke arah kepalaku. Secara refleks aku menghindarinya. Untungnya aku berhasil. Piring itu pecah berantakan di sampingku.
“pergi dari sini!!” perintahnya lebih keras. Ia terlihat beranjak dari kasur.
            Tanpa diberi aba-aba, aku segera keluar dari kamar dan menutup pintu itu. Aku bersandar di balik pintu. Aku menghela napas panjang. Aku mendengar gadis itu mengeluarkan sumpah serapah tentangku. Aku hanya mendengarkan sambil bertanya-tanya.
Kenapa ia marah?
Tiba-tiba umpatan itu semakin pelan. Aku penasaran. Setelah melihat sekeliling dan memastikan keadaan aman. Aku mengintip lewat jendela. Ternyata gadis tersebut sedang menangis. Ia menutupi wajahnya dengan bantal. Aku bisa mendengar suara tangisan samar yang berasal darinya. Perubahan emosi tersebut sangat drastis, dan itu membuatku khawatir. Pasti ada sebuah kejadian besar yang membuatnya seperti itu. selain itu ada satu kata yang muncul dikepalaku. Dia itu benar-benar....aneh.


0 komentar:

Posting Komentar