Dua
hari berlalu dengan cepat. Hari ini aku berencana untuk menjenguk gadis itu.
Toh tidak ada yang akan menjengukku. Aku mengatakan pada perawat bahwa aku
tidak memiliki kerabat, perawat hanya menaikkan alisnya saat aku mengatakan hal
tersebut. Dokter mengatakan kalau aku sembuh dengan cepat. Itu merupakan berita
baik buatku.
Aku
berjalan mendekati kamar gadis itu berada. Ia ternyata di tempatkan tidak jauh
dariku. Hanya berjarak sekitar empat kamar.
“aku tidak akan berhenti begitu saja!”
Kata suara keras dari dalam kamar gadis tersebut. Aku mengetahuinya. Itu adalah
suara gadis itu sendiri. Aku mendengarnya tepat saat berada di depan pintu
kamarnya.
“tapi dari awal kau memang tidak
harus melakukannya. Dan apakah kau tidak sadar? Sekarang kau telah
mewariskannya.” Kata suara berat khas laki-laki yang telah berumur. Suara itu
terdengar lebih lembut dan berusaha menenangkan. Suara itu nyaris tidak
terdengar olehku.
Aku
berpaling ke kanan dan kiri. Tidak ada siapa-siapa disekitar sini. Jadi aku
menempelkan telinga kiriku lebih dekat ke pintu dan mulai mendengarkan.
“aku tahu itu. Tapi bagaimanapun
caranya aku harus menghentikan ini.”ujar gadis itu lebih kepada dirinya
sendiri.
“mungkin menurutmu begitu, tapi aku
ingin mengingatkan. Aku selalu berharap agar kau segera pulang..” kata pria itu
tenang.
“belum. Belum saatnya.” Gumam gadis
itu pelan.
Hening sejenak...
Secara
refleks aku segera mundur menjauh dari pintu. Ternyata aku benar. Pintu itu
terbuka. Seorang pria yang sepertinya telah berusia empat puluhan keluar dari
sana. Aku berpura-pura tidak mengetahui apa-apa. Ia berjalan mendekatiku dan
tersenyum tipis. Aku melihatnya dan mencoba membalasnya sewajar mungkin. Begitu
ia melewatiku. Aku kembali mendekati pintu kamar gadis itu. Aku sempat ragu untuk
membuka pintu itu. Tapi yah... aku tetap melakukannya.
“emm...
hai.” Sapaku pendek. Aku menyapanya tepat ketika pintu itu terbuka.
Gadis itu sedang duduk di atas ranjang rumah
sakit ia terlihat murung. secara garis besar, kamarnya sama seperti kamarku.
Gadis itu melongok saat melihatku muncul di depan pintu. Ia sedang memakan
potongan apel yang tanpa kulit dari atas piring. Di tangan kanannya ada
garpu.Aku berjalan dua tiga langkah.
“kau ingat aku? Orang yang memelukmu
saat kecelakaan kereta itu. Aku kesini hanya untuk melihat apakah kau baik-baik
saja, dan-“
Tiba-tiba potongan apel melayang ke arahku.
Benda-benda itu tepat mengenai bajuku.
“Pergi!!!” perintah gadis itu.
Wajahnya amarahnya terlihat sangat jelas.
Kemudian sebuah piring melesat tepat
ke arah kepalaku. Secara refleks aku menghindarinya. Untungnya aku berhasil.
Piring itu pecah berantakan di sampingku.
“pergi dari sini!!” perintahnya lebih
keras. Ia terlihat beranjak dari kasur.
Tanpa
diberi aba-aba, aku segera keluar dari kamar dan menutup pintu itu. Aku
bersandar di balik pintu. Aku menghela napas panjang. Aku mendengar gadis itu
mengeluarkan sumpah serapah tentangku. Aku hanya mendengarkan sambil
bertanya-tanya.
Kenapa ia
marah?
Tiba-tiba umpatan itu semakin pelan.
Aku penasaran. Setelah melihat sekeliling dan memastikan keadaan aman. Aku
mengintip lewat jendela. Ternyata gadis tersebut sedang menangis. Ia menutupi
wajahnya dengan bantal. Aku bisa mendengar suara tangisan samar yang berasal
darinya. Perubahan emosi tersebut sangat drastis, dan itu membuatku khawatir.
Pasti ada sebuah kejadian besar yang membuatnya seperti itu. selain itu ada
satu kata yang muncul dikepalaku. Dia itu benar-benar....aneh.
0 komentar:
Posting Komentar